USAHA
(PREVENTIF, KURATIF, DAN PERSUASIF)
PENGELOLAAN
KELAS
Disusun oleh
NIM: 1201111722
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan yang
diniatkan dalam setiap kegiatan belajar-mengajar baik yang bersifat
instruksional maupun tujuan pengiring akan dapat dicapai secara optimal apanila
dapat diciptakan dan dipertahankan kondisi yang menguntungkan bagi peserta
didik. Dalam setiap proses pengajaran kondisi ini harus direncanakan dan
diusahakan oleh guru secara sengaja agar dapat dihindarkan kondisi yang
merugikan ( usaha pencegahan ), dan mengembalikan kepada kondisi yang optimal
apabila terjadi hal-hal yang merusak yang disebabkan oleh tingkah laku peserta
didik di dalam kelas ( usaha kuratif ).
Usaha guru dalam
menciptakan kondisi yang diharapkan efektif apabila diketahui secara tepat
factor-faktor mana sajakah yang dapat menunjang terciptanya kondisi yang
menguntungkan dalam proses belajar-mengajar, mengenali masalah-masalah apa
sajakah yang diperkirakan dan biasanya timbul serta dapat merusak iklim
belajar-mengajar, penguasaan berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas serta
kapan penggunaan pendekatan yang tepat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan
pengelolaan kelas?
2. Apa tujuan pengelolaan kelas?
3. Bagaimana usaha (preventif,
kuratif, dan persuasif) pengelolaan kelas?
4. Apa saja pendekatan-pendekatan
yang digunakan dalam pengelolaan kelas?
C.
Tujuan Penulisan
1. Memahami pengertian pengelolaan
kelas.
2. Memahami tujuan pengelolaan kelas.
3. Memahami usaha (preventif, kuratif,
dan persuasif) pengelolaan kelas.
4.Memahami pendekatan-pendekatan yang
digunakan dalam pengelolaan kelas.
D.
Metode Penulisan
Metode
penulisan yang digunakan untuk menyusun makalah ini adalah metode kepustakaan
dan metode penelusuran melalui situs-situs internet dengan mengumpulkan
bahan-bahan yang berhubungan dengan judul makalah yang akan dibahas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pengelolaan Kelas
Salah satu tugas
guru yang harus dilaksanakan adalah pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas
dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik
seingga tercapai tjuan pengajaran secara efektif, efesien dan produktif. Ketika
kelas terganggu, guru berusaha mengembalikannya agar tidak menjadi penghalang
bagi proses belajar mengajar.
Dalam konteks
yang demikian itulah kirana pengelolaan kelas penting untuk diketahui oleh
siapa pun juga yang menerjunkan dirinya kedalam dunia pendidikan. Maka adalah penting untuk mengetahui
pengertian pengelolaan kelas dalam hal ini. Pengelolaan kelas terdiri dari dua
kata, yaitu pengelolaan dan ‘ankelas. Pengelolaan itu sendiri akar katanya
adalah “kelola”, ditambah awal “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain ari kata
pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa
Inggris, yaitu “management”, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan,
pengelolaan.[1]
Manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum menurut Suharsimi Arikunto
(1990;2) adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan.
Sedangkan kelas
menurut Umar Hamalik 91987,311), adalah suatu kelompok orang yang melakukan
kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru. Pengertian ini
jelas meninjaunya dari seg anak didik, karena dalam pengertian tersebut ada
frase “kelompok orang”. Pendapat ini sejalan dengan Suharsimi Arikunto yang
juga mengemukakan pengertian kelas dari segi anak didik. Hanya pendapatnya
lebih mendalam.
Hadari Nawawi
memandang klas dari dua sudut, yaitu:
1) Kelas
dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat
sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti
proses belajar mengajar. Kelas dalam pengerian tradisional ini mengandung sifat
statis karena sekedar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat
perkembangannya yang antara lain didasarkan pada batas umum kronologis
masing-masing.
2) Kelas
dalam arti luas adalah, suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari
masayarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja
yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang
kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
B. Tujuan
Pengelolaan kelas
Pengelolaan
kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi dalam kelompok kelas yang berupa
lingkungan kelas yang baik, yang memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan
kemampuannya. Kemudian, dengan pengelolaan kelas produknya harus sesuai dengan
tujuan-tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan
pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan.
Secara umum tujuan pengelolaa kelas adalah penyediaan fasilitas bagi
bermcam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan
intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa
belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan,
suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi
pada siswa. (Sudirman N, 1991, 311).
Suharsimi
Arikunto (1988, 68) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar
setiap anak dikelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan
pengajaran secara efektif dan efisien.[2]
Menurutnya, sebagai indikator dari sebuah kelas yang tertib adalah apabila:
1. Setiap
anak harus bekerja, tidak macet, artinya ada anak yang berhenti karena tahu ada
tugas yang dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan kepadanya.
2.
Setiap anak terus melakukan pekerjaan
tanpa membuang waktu, artinya setiap anak akan bekerja secepatnya supaya lekas
menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Apabila ada anak yag walaupun
tahu dan dapat melaksanakan tugasnya, tetapi mengerjakannya kurang bergairah
dan mengulur waktu bekerja. Maka kelas tersebut dikatakan tidak tertib.
C. Usaha
Pencegahan Masalah Dalam Pengelolaan Kelas
Pengelolaan
kelas merupakan kegiatan atau tindakan guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar proses belajar
mengajar berlangsung efektif. Tindakan tersebut dapat berupa tindakan yang
bersifat pencegahan dan atau tindakan yang bersifat korektif.
Tindakan yang
bersifat bersifat pencegahan (prefentif) yaitu dengan jalan menyediakan
kondisi baik fisik maupun kondisi sosio emosional sehingga terasa benar oleh
siswa rasa kenyamanan dan keamanan untuk belajar. Sedangkan tindakan yang bersifat
korektif merupakan tindakan terhadap tingkah laku yang menyimpang dan
merusak kondisi optimal bagi proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.[3]
Tindakan yang bersifat korektif terbagi dua, yaitu tindakan yang seharusnya
segera diambil guru pada saat terjadi gangguan (dimensi tindakan) dan penyembuhan
(kuratif) terhadap tingkah laku yang menyimpang yang terlanjur terjadi
agar penyimpangan tersebut tidak berlarut-larut.
1.
Usaha Yang Bersifat Pencegahan (Preventif)
Tindakan
pencegahan adalah tindakan yang dilakukan sebelum munculnya tingkah laku yang
menyimpang yang mengganggu kondisi optimal berlangsungnya pembelajaran.
Keberhasilan dalam tindakan pencegahan merupakan salah satu indikator
keberhasilan manajemen kelas. Konsekuensinya adalah guru dalam menentukan
langkah-langkah dalam rangka manajemen kelas harus merupakan langkah yang
efektif dan efisien untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Adapun
langkah-langkah pencegahannya (Maman Rahman : 1998) sebagai berikut :
a.
Peningkatan Kesadaran Diri Sebagai Guru
Langkah
peningkatan kesadaran diri sebagai guru merupakan langkah yang strategis dan
mendasar, karena dengan dimilikinya kesadaran ini akan meningkatkan rasa
tanggung jawab dan rasa memiliki yang merupakan modal dasar bagi guru dalam
melaksanakan tugasnya. Implikasi adanya kesadaran diri sebagai guru akan tampak
pada sikap guru yang demokratis, sikap yang stabil, kepribadian yang harmonis
dan berwibawa. Penampakan sikap seperti itu akan menumbuhkan respon dan
tanggapan positif dari pesefrta didik.
b.
Peningkatan Kesadaran Peserta Didik
Interaksi
positif antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran terjadi apabila
dua kesadaran (kesadaran guru dan peserta didik) bertemu. Kurangnya kesadaran
peserta didik akan menumbuhkan sikap suka marah, mudah tersinggung, yang pada
gilirannya memungkinkan peserta didik melakukan tindakan-tindakan yang kurang
terpuji yang dapat mengganggu kondisi optimal dalam rangka pembelajaran. Untuk
meningkatkan kesadaran peserta didik, maka kepada mereka perlu melaksanakan
hal-hal tersebut : (1) memberitahukan akan hak dan kewajibannya sebagai peserta
didik, (2) memperhatikan kebutuhan, keinginan dan dorongan para peserta didik,
(3) menciptakan suasana saling pengertian, saling menghormati dan keterbukaan
antara guru dan peserta didik.
c.
Sikap Polos Dan Tulus Dari Guru
Guru hendaknya bersikap polos dan tulus terhadap
peserta didik. Sikap ini mengandung makna bahwa guru dalam segala tindakannya
tidak boleh berpura-pura bersikap dan bertindak apa adanya. Sikap dan tindak
laku seperti itu sangat mempengaruhi lingkungan belajar, karena tingkah laku,
cara menyikapi dan tindakan gurumerupakan stimulus yang akan direspon atau
diberikan reaksi oleh peserta didik. Kalau stimuli itu positif maka respon atau
reaksi yang akan muncul adalah negatif. Sikap hangat, terbuka, mau mendengarkan
harapan atau keluhan para siswa,akrab dengan guru akan membukakemungkinan
terjadi interaksi dan komunikasi wajar antara guru dan peserta didik.
d.
Mengenal Dan Mngenal Alternatif Pengelolaan
Untuk
mengenal dan menemukan arternatif pengelolaan, langkah ini menuntut guru : (1)
melakukan tindakan identifikasi berbagai penyimpangan tingkah laku peserta
didik baik individual maupun kelompok. Penyimpangan perilaku peserta didik baik
individual maupun kelompok tersebut termasuk penyimpangan yang disengaja
dilakukan peserta didik yang hanya sekedar untuk menarik perhatian guru atau
teman-temannya., (2) mengenal berbagai pendekatan dalam manajemen kelas. Guru
hendaknya berusaha menggunakan pendekatan manajemen yang dianggap tepat untuk
mengatasi suatu situuasi atau menggantinya guru lainnya yang gagal atau
berhasil sehingga dirinya memiliki alternatif yang bervariasi dalam menangani
berbagai manajemen kelas.
e.
Menciptakan Kontrak Sosial
Penciptaan kontrak sosial pada dasarnya berkaitan
dengan “standar tingkah laku” yang diharapkan seraya memberi gambaran tentang
fasilitas bserta keterbatasannya dalam memenuhi kebutuhan peserta didik.
Pemenuhan kebutuhan tersebut sifatnya individual maupun kelompok dan memenuhi
tuntutan dan kebutuhan sekolah. Standar tinkah laku ini dibentuk melalui
kontrak sosial antara sekolah/guru dan peserta didik norma atau nilai yang
turunnya dari atas dan tidak dari bawah, jadi sepihak, maka akan terjadi bahwa
norma itu kurang dihormati dan ditaati. Oleh sebab itu, dalam rangka mengelola
kelas norma berupa kontrak sosial (tata tertib) dengan sangsinya yang mengatur
kehidupan didalam kelas, perumusannya harus dibicarakan atau disetujui oleh
guru dan peserta didik. Kebiasaan yang terjadi dewasa ini bahwa aturan-aturan
sebagai standar tingkah laku berasal dari atas (sekolah/guru). Para peserta
didik dalam hal ini hanya menerima saja apa yang ada. Mereka tidak memiliki
pilihan lain untuk menolaknya. Konsekuensinya terhadap kondisi demikian
memungkinkan timbulnya persoalan-persoalan dalam pengelolaan kelas katrena
pesertan didik tidak merasa turut membuat serta memiliki peraturan sekolah yang
sudah ada tersebut.
2.
Usaha
Yang Bersifat Penyembuhan (Kuratif)
Kegiatan
yang bersifat penyembuhan mengikuti langkah sebagai berikut :
a.
Mengidentifikasi masalah
Pada langkah ini, guru mengenal atau mengetahui
masalah-masalah pengelolaan kelas yang timbul dalam kelas. Berdasar masalah
tersebut guru mengidentifikasi jenis penyimpangan sekaligus mengetahui latar belakang
yang membuat peserta didik melakukan penyimpangan tersebut.
b. Menganalisis masalah
Pada alngkah ini, guru menganalisi penyimpangan
peserta didik dan menyimpulkan latar belakang yang membuat peserta didik
melakukan penyimpangan tersebut.
c. Menilai alternatif-alternatif
pemecahan
Pada langkah ini guru menilai dan memilih alternatif
pemecahan masalah yang dianggap tepat dalam menanggulangi masalah.
d. Mendapatkan balikan
Pada langkah ini guru melaksanakan
monitoring, dengan maksud menilai keampuhan pelaksanaan dari alternatif
pemecahan yang dipilih untuk mencapai sasaran yng sesuai dengan yang
direncanakan. Kegiatan kilas balik ini dapat dilaksanankan dengan diadakan pertemuan
dengan para peserta didik. Maksud pertemuan perlu dijelaskan oleh guru sehingga
peserta didik mengetahui serta menyadari bahwa pertemuan diusahakan dengan
penuh ketulusan, semata-mata untuk perbaikan, baik untuk peserta didik maupun
sekolah.
3. Usaha
Yang Bersifat Mengajak (Persuasif)
Persuasif adalah seni dalam meyakinkan seseorang
untuk melakukan sesuatu. [4]Ada
banyak kiat dan taktik untuk menguasainya. Tetapi, hal itu bukan hanya
berpengaruh dalam jangka pendek. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar, banyak
siswa yang justru untuk mencapai angka/nilai yang baik.
Sehingga yang dikejar hanyalah nilai ulangan atau
nilai raport yang baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan
motivasi belajar yang sangat kuat. Yang perlu diingat oleh guru, bahwa
pencapaian angka-angka tersebut belum merupakan hasil belajar yang sejati dan
bermakna. Harapannya angka-angka tersebut dikaitkan dengan nilai afeksinya
bukan sekedar kognitifnya saja.
Hadiah
adalah cara memotivasi siswa supaya giat belajar, mampu memotivasi siswa untuk
belajar adalah perjuangan yang dihadapi oleh semua guru. Mampu memotivasi siswa
untuk belajar memang menjadi tantangan yang dihadapi para guru sehari-hari. Ini
merupakan salah satu komponen penting dari pengajaran yang efektif, termasuk
pengaturan kelas. Jika siswa tidak termotivasi belajar, maka besar kemungkinan
mereka tidak akan terlibat dalam pelajaran. Lalu, jika mereka tidak terlibat
dalam pelajaran akan menyebabkan bermacam masalah dalam manajemen kelas.
D.
Berbagai pendekatan dalam pengololan kelas
Penelolaan kelas
bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor.
Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang terkait langsung dengan hal
ini karena pengelolaan kellas dilakukan guru tidak lain adalah untuk
meningkatkan kegairahan peserta anak didik secara kelompok maupun secara
individual. Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraiyan sebagai
berikut:[5]
1.
Pendekatan kekuasaan
Pengelolaan kelas di artikan
sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru
disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas.
2.
Pendekatan ancaman
dari pendekatan ancaman atau
intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai proses mengontrol anak
didik. Tetapi dalam mengontol tingkah laku nanak didik dilakukan dengan cara
memberikan ancaman misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.
3.
Pendekatan kebebasan
pengelolaan diartikan sebagai suatu
peroses unutk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu
kapan saja dan dimana saja.
4.
Pendekatan resep
Pendekatan resep (cook book) ini
dilakukan dengan memberikan suatu daftar yang dapap mengambarkan apa yang harud
dan yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam meriaksikan semua masalah yangh
terjadi dalam kelas.
5.
Pendekatan pengajaran
Pendekatan ini didasarkan atas
suatu anggapan bahwa suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencengah munculnya
tingkah laku peserta didik dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah.
6.
Pendekatan perubahan tingkah laku
Sesuai dengan namanya,pengelolaan
kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkagh lajku anak didik
yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik
7.
Pendekatan suasana emosi dan hubungan
sosial
Pendekatan pengelolaan kelas
berdasarkan suasana perasaan dan emosional didalam kelas sebagai sekelompok
individu cendrung dalam pandangan psikologi klinis dan konseling atau
penyuluhan.
8.
Pendekatan proses kelompok
Pengelolaan kelas diartikan sebagai
suatu proses untuk menciptakan kelas sebagai suatu sistem sosial dimana proses
kelompok merupakan yan g paling utama.peranan guru adalah mengusahakan agar
perkembangan dan pelaksanaan proses kelompok itu.
9.
Pendekatan elictis atau ploralistik
Pendekatan elictis (electic
approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas dan inisiatif wali /
guru kelas dalam memilih beberapa pendekatan tersebut diatas berdasarkan
situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan ini dalm suatu situasi
mungkibn dipergunakan salah satu dan
dalam situasi lain mungkin harus dikombinasikan dua tau tiga pendekatan
tersebut.
Pendekatan ploralistik, yaitu
pengelulaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang
memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang
memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efiktif dsn efesien.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pengelolaan kelas adalah salah satu
tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan. Guru selalu mengelola ketika dia
melaksanakan tugasnya. Pengelolaan kelas maksudnya untuk menciptakan lingkungan
belajar yang kondosif bagi anak didik sehingga tercapai tujuan pengajaran yang
efektif dan efisien.
Teknik-teknik pengelolaan kelas
dapat digolongkan ke dalam teknik preventif dan tekhnik kuratif. Teknik
preventif adalah teknik untuk mencegah timbulnya tingkah laku siswa yang
mengganggu kegiatan belajar-mengajar. Sedangkan teknik kuratif adalah tekhnik
untuk mengurangi tingkah laku siswa yang mengganggu kegiatan kegiatan belajar
mengajar.
Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah
terkandung dalam tujuan pendidikan, secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah
:
“Penyediaan fasilitas bagi
bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan
intelektual dalam kelas, fasilitas yang ddisediakan itu memungkinkan siswa
belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan,
suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi
pada siswa.”
DAFTAR
PUSTAKA
Dadang Suhardan, Manajemen
Pendidikan, Bandung: Alfabeta.2009.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan
Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:
PT Renika Cipta. 2002.
Tutut Sholihah, Strategi Pembelajaran Yang Efektif, Jakarta:
Citra Grafika Desain. 2008.
http://www.slideshare.net/amaarul/pp-pengelolaan-kelas.
[1]Tutut
Sholihah, Strategi Pembelajaran Yang
Efektif, Jakarta: Citra Grafika Desain. 2008.hlm.83.
[2] Syaiful
Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi
Belajar Mengajar, Jakarta: PT Renika Cipta. 2002.hlm.199.
[3]Dadang
Suhardan, Manajemen Pendidikan, Bandung: Alfabeta.2009.hlm.119.
[5]Syaiful Bahri Djamarah
dan Aswan Zain, Strategi Belajar
Mengajar, Jakarta: PT Renika Cipta. 2002.hlm.201.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar